Kamis, 27 Februari 2014

Sahabat Itu Ada [Fanfiction JKT48]


                “Widih, si bisu sebangku sama si arogan. Cocok banget Cha!” Sendy mengejek.
                “Ini gagu terlalu berani, apa emang gak ada bangku kosong lagi ya Sen?” Akicha tambah mengejek.
                “Eh, entar dulu Cha, dia kan gagu. Emang dia ngerti kita ngomong apa?” Sendy tertawa.
                “Dia punya nama, Cindy.” Ayana menjawab dengan cuek.
                “Ow, sampingnya gagu bisa ngomong juga ternyata!” Akicha membalas sinis.
                “Udah kenalan Ay?” Sendy kembali tertawa.
                Suasana kelas siang itu tegang banget. Cindy menyodorkan tulisan di kertas ke Ayana. “Mereka kenapa lihatin aku terus Ay?”
                Ayana tetep cuek, gak merespon.
                “Mereka benci sama aku?”
                “Iya.”
                “Aku takut, wajah mereka serem.”
                “Manja.”
                “Ayo ke kantin aja Ay.”
                “Gak ada uang.”
                “Aku yang traktir.” Cindy menarik Ayana memaksa ke kantin. Nyampek di kantin, Cindy dan Ayana kembali ngobrol dengan tulisan.
                “Makasih traktirannya, lain kali gak usah.”
                “Loh kenapa Ay? Kamu kan baik.”
                “Kamu ngapain pindah sekolah disini? Sebangku sama aku lagi, ngrepotin banget.”
                “Aku kesini karena aku pinter, cuma bangku disebelah kamu yang kosong Ay.”
                “PD banget kamu ngrasa pinter, dasar anak orang kaya. Sepinter-pinternya kamu, ini sekolahan bukan tempat kamu.”
                Di tengah-tengah percakapan mereka, Sendy dan Akicha duduk di sebelah Cindy dan Ayana. Akicha mengambil kertas perbincangan Cindy dan Ayana, lalu membacanya bersama Sendy.
                “Kayaknya Ayana mulai marah Sen.” Akicha membuat panas suasana.
                “Hati-hati Cin, kamu bisa dimakan sama Ayana.” Sendy menulisnya di kertas itu sekaligus membacakannya. Ayana yang tersinggung langsung meninggalkan kantin, dan Cindy menyusul Ayana karena takut dengan Sendy dan Akicha.
*             *             *
                Hari ini Ayana latihan di ruang music untuk acara perpisahan kakak kelas 3. Ayana gak tau kalau Cindy nungguin dia di depan ruang music. Melihat dan mendengar Ayana memainkan biola sangat merdu, Cindy semakin kagum sama Ayana. Dibalik sikapnya yang cuek, Ayana gak cuma baik tapi juga punya perasaan yang sangat lembut.
                Selesai latihan, Ayana terkejut melihat Cindy di depan ruang music. Ayana menulis di buku yang dibawa Cindy. “Kamu ngapain disini?”
                “Nungguin kamu Ay.”
                “Sejak pulang sekolah?”
                “Iya, aku takut sama Akicha sama Sendy juga.”
                “Udah tau, tapi kamu kan dijemput kayak biasanya. Kenapa masih nungguin aku?”
                “Tetep takut Mi.”
                “Manja.”
                Sendy dan Akicha makin sebel lihat Cindy ikut Ayana ke parkiran sepeda, dan dibonceng Ayana sampek ke gerbang depan sekolah.
*             *             *
                Pulang sekolah kali ini, Ayana terlihat sendirian tanpa Cindy mengikutinya.
                “Dek, kamu temenya Cindy kan?” Seseorang memanggil Ayana.
                “Iya, bapak sopirnya Cindy?” Ayana mengenalnya.
                “Iya dek, Cindy nya mana? Biasanya keluar sama kamu.” sopirnya Cindy kembali bertanya.
                “Tadi masih dikelas pak.” Ayana menjawab ringan.
                “Sebentar pak, saya susul Cindy dulu ya.” Ayana meletakkan sepeda dan bergegas kembali ke kelas karena perasaannya gak enak.
                Dugaan Ayana benar, nyampek di kelas Ayana segera memeluk Cindy yang nangis dari tadi dimarahin sama Sendy dan Akicha.
                “Kalian boleh benci sama aku, tapi jangan bawa-bawa Cindy. Cindy salah apa sama kalian?” Ayana benar-benar marah.
                “Banyak Ay, dia dianak emaskan sama semua guru, dia manja banget, sok pinter, lebay!” Akicha juga marah.
                “Bukannya kamu juga benci sama dia yang ngrepotin? Terus kenapa sekarang kamu sok belain Cindy?” Sendy marah besar.
                “Gara-gara Cindy terus-terusan nyontekin kamu dan dia sering nraktir kamu?” Akicha lebih mengeraskan suaranya.
                “Atau karena Cindy mirip, , ,” kata-kata Sendy terputus.
                “Cukup Sen, Cha!” Ayana yang gak bisa jawab semua pertanyaan Sendy dan Akicha langsung membawa Cindy keluar dari kelas.
*             *             *
                Nyampek di gerbang sekolah, Ayana melepaskan pelukannya dan menghapus air mata Cindy. Ayana berbicara dengan Cindy menggunakan bahasa isyarat. “Cindy, udah ya nangisnya.”
                “Kamu bisa bahasa isyarat Ay?”
                “Iya, Akicha sama Sendy itu gak benci sama kamu, tapi bencinya sama aku Cin. Jadi, jangan temenan sama aku lagi ya.”
                “Tapi kenapa Ay?”
                “Aku gak bisa cerita sama kamu Cin. Aku pulang duluan ya, udah mau sore.”
                “Aku maunya temenan sama kamu Ay.”
                “Manja.”  Ayana tersenyum dan mengayuh sepedanya. Ayana gak tau kalau Cindy mengikutinya sampek di sebuah sekolah. Cindy turun dari mobil dan nyamperin Ayana yang memarkirkan sepedanya.
                “Ayana.”
                “Lancang banget kamu ngikutin aku!”
                “Maaf Ay, tapi ngapain kamu disini?”
Di tengah perbincangan mereka, terdengar seorang guru dari sekolah itu menegur Ayana. “Ay, kok ngobrol disitu? Temennya diajak masuk gih.”
Dengan acuhnya Ayana masuk ke dalam sekolah itu sendirian.
*             *             *
Bu Rica, guru yang menegur tadi mengajak Cindy keliling sekolah itu, sekolah dimana anak-anak bisu belajar. Bu Rica cerita kalau Ayana di sekolah itu sebagai salah 1 guru music. Ayana gak minta bayaran, asalkan Delima adek Ayana bisa sekolah disitu. Sejak orang tuanya gak pernah pulang karena malu punya anak bisu seperti Delima, dan sejak kedua sahabat Ayana juga gak bisa menerima Delima sebagai adek Ayana, sejak itu sikap Ayana berubah menjadi cuek. Tapi Naomi sayang banget sama Delima, mereka cuma tinggal berdua. Bu Rica juga menunjukkan betapa telatennya Ayana mengajari anak-anak bermain biola, tapi Delima diajari guru lain karena Delima suka main piano.
Keluar dari sekolah itu, Ayana kaget melihat mobil Cindy masih ada.
“Udah selesai ngajarnya bu guru?” Cindy meledek Ayana.
“Kenapa masih disini?” Ayana kembali cuek.
“Kedua sahabatmu yang dimaksut Bu Rica itu Sendy sama Akicha?” Cindy penasaran.
“Bu Rica cerita apa aja sama kamu?” Ayana curiga.
“Semuanya.” Cindy tersenyum.
“Kakak, kenapa kakak ini gak diajak main kerumah?” Delima yang dari tadi hanya diam dipelukan Ayana, sekarang merengek.
“Adek, namanya Delima ya? Kenalin nama kakak Cindy.” Cindy mengenalkan diri.
“Sayang, , , kalau kak Cindy main kerumah, pasti Delima boboknya malem.” Ayana memanjakan adeknya.
“Boleh ya kak, biar Delima ada temennya main piano dirumah.” Delima makin merengek.
“Delima main pianonya jago banget ya? Kak Cindy mau dong diajarin dek.” Cindy menbujuk Delima.
“Aku janji gak sampek malem mainnya sama Delima Ay. Pulangnya naik mobilku aja, biar sepedanya ditaruh di bagasi.” Cindy ijin ke Ayana.
“Manja.” Ayana tertawa dan mengusap-usap rambut Delima. Cindy inget, itu kata-kata yang selalu diucapkan Ayana.
*             *             *
“Cin, kenapa kamu baik banget sama aku?”
“Karena kamu jauh lebih baik Ay.”
“Baru kamu Cin yang bilang aku baik selain guru-guru di sekolah adekku.”
“Emang sebenernya kamu baik Ay, aku gak mungkin sanggup kalau ada di posisimu.”
“Aku sendiri gak sanggup Cin, hidup ini terlalu kejam, Cuma Tuhan yang adil.”
“Bukan berarti semua orang jahat kan Ay?”
“Orang-orang yang aku percaya aja udah nyakitin adekku, gimana aku gak marah sama mereka Cin?”
“Maksutnya orang tuamu sama Sendy dan Akicha? Ay, temen-temen di team music ini juga orang yang kamu percaya. Kalau kamu gak sehati sama mereka, music ini gak mungkin seindah sekarang, dan aku bisa jadi bagian dari team music ini berkat Delima juga.”
“Tumben kamu gak manja Cin?”
“Sahabat itu ada Ay, aku dan temen-temen di team music ini adalah sahabat yang gak pernah kamu sadari.”
“Udah ah Cin, ceramar mulu kayak bu guru. Ayo siap-siap.”
Hari ini acara perpisahan kakak kelas 3, sejak kejadian saat itu Cindy dan Ayana bersahabat.

---- End ----

Mohon Maaf Jika ada kesamaan tokoh dalam fanfict ini, ini hanya fikti belaka jadi jangan dianggap betul ya ^_^ Arigatou
Bantu Admin ya buat share fanfict ini melalui g+ , Facebook, ataupun Twitter jadi mohon kerjasamanya ya

Jika Fanfictnya Pendek mohon maaf ya Arigatou ^_^


by @cinguk48

0 komentar:

Posting Komentar