Siang
itu pulang sekolah Sinka dan Viny makan di kantin, menunggu latihan theater
dimulai.
“Vin,
Yupi keluar dari kelas tu.”
“Ciee,
perhatian banget sama Yupi Ka?”
“Udah
ah jangan bahas dia, males aku Vin.”
“Adek
kakak jangan gitu Ka.”
“Mulai
deh ngejeknya, sejak kapan aku punya adek kayak dia Vin?”
“Nyantai
aja kali Ka, kalau aku punya adek kelas yang mirip sama aku, pasti aku seneng
banget. Apalagi 1 ekstra kurikuler.”
“Aku
gak suka disamain Vin, risih tau.”
“Ka,
kamu itu kan ketua theater. Jangan Cuma gara-gara Yupi kebaikanmu selama ini
jadi tercoreng. Bayangin aja kalau kamu kemana-mana jalan berdua sama Yupi,
pasti dilihatin mulu sama cowok-cowok, kalian berdua kan cantik banget.”
“Gak
berminat Vin.”
Gak
lama kemudian Yupi datang dan menyapa, “Kak Sinka, Kak Viny, boleh gabung?”
“Dek,
kenapa duduk sama kami?” Sinka agak kesal.
“Ciee,
manggilnya Kak sama Dek ni.” Viny meledek.
“Viny
mulai.” Dengan muka datar, Sinka menjawab.
“Maaf
kak, nanti kalau temen-temen kelas 1 udah ada, aku gabung sama mereka. Aku gak
berani duduk sendirian kak.” Yupi gerogi.
“Iya
dek, gak usah takut. Sini duduk sebelah ku.” Viny mengakrabi.
* * *
Pulang
latihan theater Yupi menunjukkan seseorang sama Viny, “Kak Viny, itu kakaknya
kak Sinka ya?”
“Iya
dek, Sinka tiap hari dianter jemput sama kak Ayana.”
“Enak
ya kak punya kakak perempuan, kak Sinka sama kakaknya cantik banget.”
“Enakan
kamu dek, Sinka sama kak Ayana cuma tinggal sama ayahnya. Mereka naik motor,
kamu naik mobil. Kamu juga cantik dek.”
“Tapi
kenapa kak Sinka cuek sama aku kak? Padahal sama yang lain ramah banget.”
“Ooo,
itu dek? Sinka cuma gak mau kalau ada yang nyamain dia. Kamu mirip banget sama
Sinka dek.”
“Aku
salah ya kak?”
Viny
hanya tersenyum kecil dan ngajak Yupi pulang.
* * *
Pulang
dari latihan theater selanjutnya, Sinka curhat sama Ayana, “Kak, masak Yupi
juga jadi pemain utama?”
“Anak
kelas 1 yang katanya mirip sama kamu itu dek?”
“Iya
kak, sebagus-bagusnya acting dia, tapi kan masih kelas 1.”
“Bilang
aja kamu gak mau saingan sama Yupi dek.”
“Temen-temen
kelas 3 banyak yang minta no.HPnya Yupi, anak-anak theater juga banyak yang
naksir sama Yupi, tapi Yupi gak pernah naggepin. Nyebelin banget kan kak?”
“Itu
malah baik dek, emangnya kamu yang pacaran mulu.”
“Yee,
kakak kenapa jadi belain Yupi?”
“Ngomong-ngomong,
mana sih dek orangnya?”
Sinka
menunjukkan.
* * *
Beberapa
kali latihan theater Yupi merasa gak pernah bener dimata Sinka, Yupi pengen
mengundurkan diri dari pemain utama tapi pelatih gak ngijinin. Selesai latihan
hari itu, Yupi nangis. Sinka tau kalau Yupi nangis tapi cuek aja, tapi Viny gak
tega sama Yupi dan menghampirinya.
“Sinka
lagi ya dek?”
“Iya
kak, kenapa aku salah terus?”
“Kamu
gak pernah salah dek, kamu cuma terlalu polos. Sinka baik banget sama semua
orang, hidupnya udah terlalu pahit tanpa kasih sayang seorang ibu. Percaya aja
kalau dia gak baik, gak mungkin jadi ketua theater dek.”
“Apa
aku ada salah sama kak Sinka, kak?”
“Kamu
berani besok jam istirahat ke kelas ku?”
“Gak
berani kak.”
“Ya
gak sendirian dek, kamu bawa temen.”
“Buat
apa kak?”
“Minta
maaf sama Sinka dek.”
“Kenapa
harus dikelasnya kakak?”
“SInka
gak pernah keluar kelas kalau istirahat.”
“Ke
kantin gak bisa ya kak?”
“Sinka
bawa bekal dari rumah dek, kalau ada latihan theater baru makan di kantin.”
“Kalau
dikelasnya kakak, nanti banyak temennya kakak?”
“Haduh
dek, ya pasti lah. Makanya kamu ngajak temen biar gak malu.”
“Tapi
temenku pasti gak ada yang mau main ke kelas 3 kak.”
“Yaudah
besok sendirian aja, harus berani. Aku nanti yang nemenin kamu ngomong sama
Sinka.”
* * *
Besoknya,
Yupi beneran berani ke kelas Sinka sendirian. Di depan kelas cowok-cowok
langsung godain Yupi. Lihat Yupi ketakutan, Viny nyamperin Yupi dan ngajak Yupi
masuk kelas.
“Kak
Sinka, maaf.” tangan Yupi dingin dan gemetar.
“Yupi?
Kamu kok berani kesini dek? Duduk gih.” Sinka sempat kaget.
“Tuh
kan, aku bilang juga apa dek. Sinka baik kan?” Viny mencairkan suasana.
“Adek
kamu kenapa Vin? Dibercandain sama cowok-cowok depan terus kamu ajak kesini?”
Sinka masih gak ngerti.
“Enak
aja adekku! Sebenernya tujuan Yupi itu mau minta maaf ke kamu Ka.” Viny
menambahkan.
“Kamu
sih dek, nekat banget kesini. Diapain tadi sama temen-temenku cowok? Sampek
pucet banget kayak gini.” Sinka yang khawatir memeluk Yupi.
“Maaf
kak kalau aku salah lagi.” Yupi makin takut.
“Aku
gak marah sama kamu dek, tadi cuma bercanda. Kamu polos banget sih dek.” Sinka
makin erat memeluk Yupi dan kembali tertawa.
“Maaf
ya kak Sinka.” Yupi mengulangi kata-katanya.
“Emang
kamu tau salah apa dek?” Sinka bercanda.
“Enggak
kak.” Yupi menahan air mata.
“Kalau
gak tau salahnya apa, jangan minta maaf dek. Percuma dikasih maaf kalau
kesalahannya diulangi lagi.” Sinka menjelaskan dengan sabar. Tapi air mata Yupi
jatuh.
“Sinka
buat ulah, kata-katamu ribet sih. Yupi nangis kan?” Viny tertawa bingung.
“Terus
aku harus gimana kak?” Yupi merasa bersalah.
“Aku
gak dendam sama kamu dek, mungkin itu bawaan kakak capek latihan. Emang kadang
aku pernah punya rasa sebel sama kamu karena kamu mirip aku, tapi kamu kan gak
ada niat buat nyamain aku dek, aku gak berhak marah sama kamu. Tetep jadi diri
kamu sendiri ya, harus PD dong. Masak di depan panggung pemberani, dibelakang
panggung penakut dek.” Sinka menasehati Yupi.
“Udah
bel tu, ayo kami antar sampek kelas kamu dek.” Viny menenangkan Yupi.
* * *
“Adek.”
Seseorang memanggil Yupi.
“Aku
kak?” Yupi menunjuk dirinya sendiri.
“Iya
dek, duduk sini bentar.”
“Maaf
kak, tapi aku mau latihan.”
“Gakpapa,
nanti biar aku yang ngomong sama Sinka.”
“Kakak
itu kakaknya kak Sinka kan? Wah cantik banget”
“Iya
dek, mankasih. Namaku Ayana, aku lihat kamu dari dekat beneran mirip banget
sama Sinka.”
“Semuanya
bilang gitu kak, kenalin aku Yupi.”
“Tapi
bener-bener mirip, nama lengkap kamu siapa?”
“Sindy
Yuvia kak.”
“Ibu
kamu dek?”
“Dewi
Anjani kak.”
Ayana
langsung memeluk Yupi dan menangis, Yupi hanya bingung.
“Kamu
adek kandungku dek, kamu adek kandungnya Sinka juga. Ayah kandung kamu Farhat
Abas kan?”
“Iya
kak, maaf. Tapi ibu gak pernah bilang kalau aku punya kakak kandung.” Yupi
makin bingung.
* * *
“Yupi,
ngapain disitu?! Dari tadi aku carii, ayo latihan!” Terdengar Sinka ngos-ngosan
memanggil Yupi.
“Maaf
kak!” Yupi melepas pelukan Ayana dan menjawab teriakan Sinka dari jauh.
Setelah
tau kalau orang yang berpelukan sama Yupi tadi adalah kakaknya, Sinka
bertanya-tanya dan mendekati mereka, “Kak Ayana? Ngapain disini sama Yupi?
Berpelukan sama Yupi pakek acara nangis segala lagi, emang kalian kenal?”
Yupi
dan Ayana belum bisa jawab pertanyaan Sinka karena mereka sendiri masih gak
nyangka.
“Malah
pada nangis, ada apa sih?” mata Sinka berkaca-kaca dan Sinka senyum bingung.
“Yupi
ini adek kandung kita yang dirawat ibu dek.” Ayana menjawab pertanyaan Sinka
dengan singkat.
“Gak
mungkin kak, aku udah nganggep mereka mati. Kenapa mereka berdua masih hidup?”
Sinka menjawab dengan lemas dan penuh air mata kebencian.
“Dek
Yupi, waktu ayah sama ibu cerai kamu masih bayi. Sejak itu aku, kak Sinka, sama
ayah belum pernah ketemu sama kamu sama ibu juga.” Ayana menjelaskan ke Yupi.
“Kenapa
kamu gak pernah cerita kalau nama panjangnya Yupi itu Sindy Yuvia dek?” Ayana
sedikit marah ke Sinka.
“Kakak
gak pernah tanya, aku juga gak inget siapa nama adek aku kak.” nada bicara
Sinka meninggi dan Sinka lemas jatuh ke lantai.
“Kakakku.”
dengan polosnya Yupi memeluk Sinka dan menangis senang.
“Lihat
dek, itu adek kamu, Yupi sayang banget sama kamu. Dia gak salah, jangan karena
rasa benci orang tua kita, kita jadi musuhan.” Ayana menasehati Sinka.
“Aku
masih inget dulu orang tua kita sengaja kasih kita nama inisial S semua, Ayana
Shahab, Sinka Juliani, dan Sindy Yuvia.” Ayana memeluk kedua adeknya.
---- End ----
Mohon Maaf Jika ada kesamaan tokoh dalam fanfict ini, ini hanya fikti belaka jadi jangan dianggap betul ya ^_^ ArigatouBantu Admin ya buat share fanfict ini melalui g+ , Facebook, ataupun Twitter jadi mohon kerjasamanya ya
by @cinguk48
0 komentar:
Posting Komentar