Di semester awal, Ayana dan Natalia
deket sama Acha dan Ikha. Seperti pemandangan pada umumnya, semua mahasiswa
beradaptasi.
“Ay, dosen teamnya Bu Shahab hari
ini masuk kan?” Acha kepo.
“Denger- denger sih gitu, jangan
bilang kalau kamu mau gebet dia.” Ayana curiga.
“Acha emang gitu Ay, gak pernah mau
nglewatin kesempatan emas.” Ikha nyindir.
“Gebet itu apa?” Natalia bingung.
“Gebet itu menarget Nat.” Acha
mengartikan.
“Menarget itu apa?” Natalia masih
bingung.
“Menarget itu ingin mendapatkan
sesuatu itu Natalia.” Ayana menjelaskan.
“Lah, Cuma Ayana yang bener. Acha
mah gak pernah bener.” Ikha tertawa dan semua tertawa.
Beberapa menit kemudian seorang
dosen masuk ke kelas, tapi bukan Bu Shahab seperti biasanya.
“Selamat pagi. . .”
“Pagi pak. . .”
“Pagi ini Bu Shahab gak bisa masuk,
jadi saya yang ngisi jamnya Bu Shahab. Bu Shahab sudah pernah cerita tentang
saya?” dosen itu mencairkan suasana.
“Kenalan lagi pak!” Hanna
sekertaris kelas udah nyiapin pulpen buat nyatet.
“Yaudah, nama bapak Beichrul
Idzana. Panggil aja Pak Dana.” Pak Dana memperkenalkan diri.
“Ih, susah banget sensei.” Natalia
kesulitan.
“Kamu mahasiswa yang asli dari
Jepang ya?” Pak Dana menunjuk Natalia.
“Iya, Dana-sensei lulus dari mana?”
Natalia masih penasaran.
“Bapak S1 disini ngambil pendidikan
sains, lanjut S2 di Universitas Osaka Jepang ngambil sains juga. Bapak baru
lulus tahun ini terus nglamar jadi dosen disini dan diterima.” Pak Dana cerita.
“Berarti sekampus sama Ayana dan
Natalia dong pak?” Acha memastikan.
“Tapi bapak ngambil sains terus,
sekarang kok jadi dosen sastra Jepang pak?” Ikha heran.
“Bapak balik kesini ngejar cinta
bapak.” Pak Dana tersenyum.
“Ciee. . .” semua mahasiswa
menyoraki.
“Oh iya, Ayana asli Jepang juga
kayak Natalia?” Pak Dana ingin tau.
“Mama Jepang, Papa Indonesia.”
dengan singkat Ayana menjawab.
“Pak, kok aku gak dikepoin?” Acha
menyahut.
“Bentar pak, Ay kamu lahir di
Jepang, besar disini, SMA di Jepang?” Hanna memotong pembicaraan.
“Iya, kok tau?” Ayana bingung.
“Aku temenmu SD Ay, lanjutin
ngobrol abis mata kuliah ini ya? Kangen banget aku.” Hanna seneng.
“Pak, kalau kesini ngejar cintanya.
Berarti Acha patah hati dong?” Ikha tertawa dan sekelas ikut tertawa.
* * *
“Ay, aku Jennifer Hanna, pasti gak
inget ya? Pulang dari Jepang makin cantik aja kamu.” Hanna ngajak ngobrol.
“Dulu panggilan kamu kan Jennifer,
ya mmaf kalau aku lupa. Kamu juga makin cantik kok.” Ayana nostalgia.
“Halo aku Natalia temen Ayana dari
Jepang.” Natalia mengulurkan tangan.
“Wih, Ayana bawa pulang temen. Bawa
pulang pacar juga gak?” Hanna bercanda.
“Enggak lah Han, aku masih nungguin
Kak Dana.” Ayana sedih.
“Kak Dana cinta monyet kamu Ay?
Kakak kelas kita dulu? Ayolah Ay, itu Cuma kenangan masa kecil kita.” Hanna
heran.
“Gak tau Han, belum bisa move on
aku.” Ayana serius.
“Dana guru kita?” Natalia bertanya.
“Bukan Nat, Cuma namanya aja sama.
Berarti Ayana jomblo dari lahir?” Hanna tertawa.
“Jomblo itu apa?” Natalia bingung
lagi. Ayana dan Hanna tertawa, Natalia ikut tertawa.
* * *
“Siang anak-anak. . .”
“Siang pak. . .”
“Kelas ini siapa yang mewakili
PORFAK besok?” Pak Dana bertanya.
“Ayana sama Natalia pak!” Acha
menjawab.
“Kita kan punya 2 artis Jepang,
biar kelas ini terkenal juga pak.” Ikha semangat.
“Kok Cuma 2 orang? Mau nampilin apa?” Pak Dana masih penasaran.
“Natalia main biola dan Ayana baca
puisi pak. Bapak harus lihat 2 artis ini.” Acha sponsor.
“Tapi puisinya yang buat Natalia
pak, dia seniman banget pokoknya.” Ayana memuji.
“Puisinya bahasa Jepang?” Pak Dana
bingung.
“Di translate lah pak,bisa gila
semua kalau pakek bahasa Jepang.” Ikha tertawa.
“Puisi itu untuk Dana-sensei.”
Natalia tersenyum malu.
“Terimakasih Natalia, besok bapak
lihat kamu.” Pak Dana menghargai.
“Cuma lihat Natalia aja nih pak?”
Hanna menggoda.
“Nama bapak kan gak ada di kosakata
Jepang, emang Natalia bisa baca?” Pak Dana meledek.
“Kan dibaca Ayana, sensei.” Natalia
membela diri.
“Coba bapak pengen denger kamu
nyebutin nama lengkap bapak .” Pak Dana siap tertawa.
Ayana menulis nama lengkap Pak Dana
dan diberikan ke Natalia.
“Be-ich-rul Id-za-na. Ih susah
banget sensei.” Natalia jengkel, tapi seisi kelas tertawa termasuk Pak Dana.
* * *
Sensei. . .
Kau tudung sutra senjaku
Dadamu selalu memerdu lagu
Bagai air yang tenang
Serta angin yang mendayu
Walau
desir hari lari berenang
Dipukul
angin yang terpendam
Sepi
menyanyi menyinggung muram
Menggelepar
di tengah malam buta
Di batas pernyataan dan impian
Pada cerita dari segala Nampak
Bersandar pada tari warna pelangi
Aku tidak lagi meraih petang
Sensei.
. .
Secoret
kata ini menghampirimu
Hidup
hanya menunda kekalahan
Tapi
sendu penghabisan terdekap
Menghembus
diri dalam percaya
Semua memberikan tepuk tangan,
bukan hanya karena kecantikan Ayana dan Natalia, tapi juga karena penampilannya
yang sangat memukau. Semua penonton terbius.
“Kayaknya Natalia gak Cuma ngefans
sama Pak Dana deh, tapi Natalia suka beneran.” Acha setengah gak percaya.
“Iya Cha, Natalia juga bilang orang
yang giginya gak rata itu di Jepang dianggap istimewa. Nah gigi gingsulnya Pak
Dana yang bikin manis.” Ikha juga gak percaya.
Tiba-tiba dari belakang, Pak Dana
menghampiri Acha dan Ikha, “Bapak pengen bicara sama kalian, nanti malem ketemu
ditaman ya. Gak enak kalau ngobrol di kampus.”
“Bahas apa pak? Kayaknya serius
banget.” Acha penasaran.
“Nanti ditaman aja, tapi yang
dateng kalian berdua, jangan bawa temen lagi apalagi Cuma dateng sendiri.” Pak
Dana serius.
* * *
“Acha, Ikha, ini ngobrol sebagai
temen ya. Aku bingung sama Ayana dan Natalia. Aku, Ayana, sama Hanna dulu 1
sekolahan waktu SD.” Dana curhat.
“Wah cerita seru nih kayaknya,
terus?” Acha serius dengerin.
“Ayana itu cinta yang aku kejar
sampek kesini, dia yang buat aku ada disini sekarang. Dulu waktu SD, Ayana suka
sama aku. Terus Hanna dan temen-temennya sekelas nyomblangin aku sama Ayana,
tapi abis aku lulus SD, kami gak pernah ketemu lagi. Ayana pasti lupa sama
wajahku, aku lihat Ayana di Jepang karena Ayana berprestasi dan Ayana terkenal,
baru aku inget kalau Ayana dulu adek kelasku SD. Aku nyari info tentang Ayana,
Ayana direkomendasikan untuk sekalian masuk kuliah disitu juga, tapi Natalia
pengen ke Indonesia dan mereka berdua ketrima kuliah disini, jadi aku nglamar
jadi dosen disini juga.” Dana menahan tangis.
“So sweet. . .” Ikha kagum.
“Eh, jangan dipotong dulu Kha.”
Acha serius.
“Awalnya aku mau curhat ke Hanna,
waktu aku tau kalau Hanna temen SDnya Ayana. Tapi aku gak enak sama Natalia,
kelihatannya Natalia beneran suka sama aku. Gimana aku mau jujur sama Ayana?”
Dana sedih.
“Saranku sih, mending kamu jujur
sama Ayana dan Hanna. Tapi Natalia jangan tau dulu.” Ikha pendapat.
“Tapi statusku disini dosen dan
kalian mahasiswa. Rencanaku mau langsung nglamar Ayana pas Ayana wisuda S1.”
Dana bingung.
“Tapi mulu nih, kelamaan. Apa kamu
gak pengen pacaran dulu sama Ayana? Jangan langsung nglamar aja.” Acha saran.
“Gak bisa, Natalia sama Ayana
kemana – mana selalu berdua, mereka juga serumah.” Dana mkin bingung.
“Yaudah sms aja, gitu kok repot.”
Ikha gemes.
“Takut dibaca Natalia.” Dana ngelak.
“Telfon, telfon?” Acha mikir.
“Kalau Natalia denger?” Dana takut.
“Ya jangan sampek denger, ini
nomernya Ayana. Pokok besok harus ditelfon.” Ikha maksa.
* * *
“Ayana?”
“Iya?”
“Ini pak Dana, besok malem bisa
ketemu?”
“Bisa pak, maaf sebelumnya kok
harus malam ya?”
“Ada yang penting, mau bapak
sampaikan.”
“Di kampus pak?”
“Jangan Ay, diluar aja. Tapi jangan
sama Natalia ya, ajak Hanna aja atau siapa gitu.”
“Saya jadi takut pak, kenapa gak
ngomong sekarang aja?”
“Gak enak kalau di telfon.”
“Tapi kasihan Natalia kalau malem
sendirian dirumah pak, udah biasa sama – sama.”
“Besok bapak minta Acha sama buat
semenin Natalia, ini penting Ay.”
“Loh kok bapak deket sama Ikha sama
Acha? Aku tambah bingung pak.”
“Beok bapak jelasin semuanya, jam 8
di taman ya.”
* * *
“Maaf pak, sudah dari tadi bapak
disini?” Hanna gak enak.
“Belum lama kok, duduk aja. Jangan
panggil pak ya, ini kan udah gak di kampus.” Dana mempersilahkan dengan
ramahnya.
“Mau ngomong apa Dan?” Ayana duduk
sambil menatap Dana serius.
“Aku Dana kakak kelasmu SD dulu Ay.
Waktu aku tau kalau kamu sekolah SMA di kampusku, aku yakin kalau kita jodoh
karena kita ketemu lagi. Aku sempet kecewa kenapa kamu lupa sama aku.” Dana
jujur.
“Lupa? Berarti kamu kira aku pernah
inget kamu gitu? Sama sekali enggak Dan!” Ayana menahan air mata dan membuang
muka.
“Aku yakin kalau aku itu cinta
pertama dan terakhirmu, kamu belum pernah pacaran kan Ay? Karena hatimu Cuma
buat aku, kenapa kamu gak seneng setelah tau kalau ini aku, Dana-mu Ay.” Dana
meyakinkan.
“Aku capek Dan, aku capek nungguin
kamu. Terus, setelah aku seneng kalau Natalia suka sama kamu, aku juga harus
seneng kalau kamu suka sama aku?” air mata Ayana ngalir.
“Orang Jepang udah biasa gitu Ay, kamu
mau ngorbanin perasaanmu gitu aja? Aku gak mau Ay.” Dana sedih.
“Maaf ikut campur, kenapa kalian
berdua gak pernah berubah? Jangan pada gengsi kenapa? Akui aja kalau saling
cinta, gak mau kehilangan. Jangan bawa – bawa Natalia buat kambing hitam,
tinggal pacaran apa susahnya?” Hanna emosi.
“Kalian egois! Lebih baik aku
kehilangan Dana daripada kehilangan Natalia!” Ayana juga emosi.
Dana memeluk Ayana, “I love you
Ayana-sama, I love you Ayana-sama. Aku pengen hidup sama kamu, aku pengen anak
– anakku lahir dari dari rahimmu.”
Airmata Ayana makin deras, “ Cuma
kamu yang panggil aku Ayana-sama Dan, Cuma kamu. Aku kangen banget.”
“Udah, kalian resmi jadian. Yang
jadian siapa, yang resmiin siapa. Yaudah ngomongnya ke Natalia pelan – pelan
aja, jangan besok tapi ya jangan lama – lama juga. Aku bantu kok, aku yakin
Acha sama Ikha juga mau bantu.” Hanna tersenyum lega.
* * *
Di kampus, Ayana sangat merasa
bersalah sama Natalia.
“Ayana sakit? Ayo pulang.” Natalia
khawatir.
“Enggak Natalia, masak gak ikut
mata kuliahnya pak Beichrul Idzana sih? Kan saying, hayo nyesel loh.” Ayana
menutupi.
Acha berbisik ke Ayana, “Nyantai
aja Ay.”
“Sore anak – anak, , ,”
“Sore pak, , ,”
“Ayana kok pucet?” pak Dana
khawatir.
“Terlalu seneng pak!” Ikha
bercanda.
“Ayana capek mungkin pak, tadi
malam main sama saya pulangnya larut malam soalnya.” Hanna cari alas an.
“Pusing dikit pak, mereka terlalu
berlebihan. Jangan disengerin.” Ayana gak berani natap mata pak Dana.
Waktu kuliah berlangsung, Natalia
angkat tangan, “Sensei, kok Ayana sama Dana-sensei dari tadi sama – sama pegang
hp terus?”
“Jodoh mungkin Nat!” Acha bercanda
dan temen sekelas tertawa.
“Perasaan Natalia juga main hp,
tapi gak terus – terus. Berarti juga jodoh, tapi gak terus.” Ikha menyahut dan
semua tertawa.
* * *
“Ayana, aku ngajak kamu, Hanna,
Ikha, Acha, dan Natalia makan disini karena kami udah gak sanggup lihat kamu
murung terus nyembunyiin ini semua dari Natalia. Kita harus jujur sama
Natalia.” Dana bicara serius.
“Aku gak tega, terserah kalian
aja.” Ayana tertunduk dan memeluk badan.
“Ada apa?” Natalia gak ngerti
karena percakapan mereka tarlalu panjang dan cepet,.
“Ayana dan Dana udah lama pacaran.”
Hanna memulai.
“Ayana jahat!” Natalia kaget.
“Kami gak bisa jujur ke kamu karena
kamu terlalu egois Nat. Kami saying sama kamu, tapi jangan mentang – mentang
kamu dari Jepang, kamu bisa manja dan kami selalu ngertiin kamu!” Acha jujur
dengan kata yang pelan tapi nada emosi.
“Aku egois? Aku cinta sama
Dana-sensei, baru kali ini aku ketemu orang kayak dia. Di Jepang gak ada orang
seperti Dana-sensei.” Natalia sedih.
“Tapi kamu gak beragama Nat, kalian
gak bisa sama – sama, jangan keras kepala Nat!” Ikha ikut emosi.
“Aku mau punya agama seperti
kalian, asalkan hidup sama Dana-sensei.” Natalia bersikeras.
“Jangan kayak anak kecil Nat, kamu
gak mikir perasaan Ayana?” Hanna kesal.
“Semuanya marah, semua benci aku.
Kenapa semua saying Ayana? Papa mama, guru – guru di Jepang, teman – teman,
semuanya Ayana terus. Aku kapan? Gak ada yang cinta aku, aku iri sama Ayana.
Ayana baik, pintar, cantik, aku selalu jahat. Kalau aku pulang ke Jepang, semua
tanya Ayana dimana, gak ada yang Tanya kabar aku.” Haruka menangis.
“Aku cinta sama Natalia sebagai
murid saja, maaf ya. Aku juga gak mau kamu cinta sama aku Nat, aku Cuma pengen
bahagia sama Ayana.” Dana pelan dan sabar.
“Aku mau nikah sama Dana asalkah
Dana mau nikahin Natalia juga!” Ayana mutusin dengan tegas.
“Haa???!” Semua gak nyangka.
“Aku setuju asalkan gak ada yang
terluka.” Dana nurut.
Natalia meluk Dana senang.
Mohon Maaf Jika ada kesamaan tokoh dalam fanfict ini, ini hanya fikti belaka jadi jangan dianggap betul ya ^_^ Arigatou
Bantu Admin ya buat share fanfict ini melalui g+ , Facebook, ataupun Twitter jadi mohon kerjasamanya ya
Jika Fanfictnya Pendek mohon maaf ya Arigatou ^_^
---- End ----
Bantu Admin ya buat share fanfict ini melalui g+ , Facebook, ataupun Twitter jadi mohon kerjasamanya ya
by @cinguk48
0 komentar:
Posting Komentar